Rabu, 25 September 2013

Orang miskin dilarang sakit


orang-miskin-dilarang-sakitbismillahirahmanirahim
sahabatku semua yang dirahmati Allah. lihatlah berita berita di televisi Cerita tragis mengenai kemiskinan dan kesehatan yang tidak juga terjangkau masih marak terjadi. Seolah sudah patut disandang oleh orang miskin mengalami kehidupan serba sulit termasuk mengakses kesehatan. “Orang miskin dilarang Sakit ?” benar-benar menjadi kenyataan. Alangkah susahnya mencari rumah sakit murah apalagi gratis ditengah riuh kehidupan bangsa ini. Sementara riuh lain adalah berbagi hasil korupsi biar merata. Ironis bukan? Satu sisi mereka hanya ingin bertahan hidup dari serangan penyakit, sementara pihak lain bertahan untuk mengeruk kekayaan Negara. astagfirullah
Lantas, bagaimana jika orang miskin sakit? Bukankah seharusnya kesehatan menjadi milik publik? Mengapa sekarang ini kesehatan justru menjadi seperti milik privat yang hanya akan didapatkan orang yang mampu membayar?
lihatlah Di jaman yang serba mahal ini, banyak sekali keluarga-keluarga yang dinilai masih berada di bawah garis kemiskinan, hal ini dikarenakan penyebaran penduduk dan lapangan pekerjaan yang tidak merata yang mengakibatkan ketidakseimbangan tingkat perekonomian antara suatu daerah dengan daerah yang lainnya,
lalu yang menjadi pertanyaan banyak orang adalah ?
Ada apa dengan sistem pelayanan kesehatan di negeri ini? Mengapa citra rumah sakit yang dulu kental akan fungsi sosialnya kini redup, berganti wajah dan tampilan barunya yang lebih berorientasi untuk kepentingan bisnis?
apa benar penolakan terhadap pasien – pasien miskin itu murni karena minimnya peralatan dan penuhnya pasien ? ataukah ada unsur lain dibalik itu ?
apa berani mereka melakukan penolakan kepada keluarga presiden, menteri , anggota dewan, para pejabat dan orang-orang kaya ?
apakah ini bisa disebut diskriminatif ?
sahabatku yang aku sayangi, Sudah sejak lama dirasakan adanya ketimpangan hubungan antara pasien dan penyedia jasa layanan kesehatan. Pasien selalu diposisikan sebagai orang yang paling membutuhkan, sementara rumah sakit cenderung tampil bagai dewa yang akan menentukan nasib sang pasien. Bahkan, di tengah ketidakpahaman pasien tentang sakit dan penyakitnya, tak jarang hak-hak mereka dikebiri oleh pihak rumah sakit.
Bukan saja kini bermunculan rumah sakit swasta (beberapa di antaranya memasang label ”internasional”) dengan target-target pendapatan lewat jasa layanan kesehatan dan tingkat hunian kamar seperti layaknya dunia perhotelan, rumah sakit pemerintah (pusat) pun mulai ikut-ikutan.
orang kaya aja kalau masuk rumah sakit semacam ini akan mengelus dada akan biaya besar yang ditanggung, bagaimana dengan nasib orang miskin ? pasti mau mendaftar saja sudah mikir 3 x bagaimana cara membayarnya nanti.
Lebih ironis lagi, banyak pemerintah daerah—baik provinsi maupun kabupaten/kota—yang mulai mengalokasikan dana untuk membangun rumah sakit yang berorientasi keuntungan. Kesenjangan pengetahuan medis tentang masalah kesehatan dan penanganannya memang menjadi salah satu faktor lemahnya posisi pasien berhadapan dengan pengelola jasa layanan kesehatan.
Namun, banyak kalangan percaya bahwa akar dari semua itu berawal dari sistem layanan kesehatan di negeri ini yang sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar. Akibatnya, aroma komersial terasa kental pada hampir setiap tindakan terhadap pasien, sementara fungsi sosial layanan kesehatan tertinggal jauh di belakang.
padahal fakta membuktikan :
pemerintah sudah berupaya sedikit demi sedikit mengurangi tingkat kemiskinan dan bahkan berupaya untuk membantu masyarakat miskin dan tidak mampu mulai dari pendidikan hingga kesehatan. Salah satu upaya pemerintah di bidang kesehatan yaitu membuat program Jamkesmas untuk masyarakat kurang mampu dengan menggratiskan seuluruh biaya pengobatan. Dan pemerintah pun sudah menganggarkan biaya pada APBN untuk kesehatan, hal ini bertujuan untuk membantu masyarakat kurang mampu agar memperoleh hak yang sama yaitu hak untuk mendapatkan kesehatan dan mendapat pelayanan kesehatan yang sama.

Apabila kita lihat dari program pemerintah tersebut memang sangatlah baik, namun hal ini sangat sulit berjalan sesuai dengan rencana. Ternyata masih banyak oknum-oknum khususnya di Rumah Sakit yang seharusnya mengratiskan seluruh pengobatan, namun masih tetap dikenakan biaya ini itu. memang begitulah keadaan dilapangan semuanya dinilai dari uang.

seharusnya dengan adanya program JAMKESMAS ini, seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati layanan kesehatan yangd isediakan. Masyarakat dengan keadaan ekonomi menengah ke atas dapat membayar sesuai kemampuannya dan masyarakat miskin mendapat bantuan dana dari pemerintah. Namun, pada kenyataanya tidak semudah itu, banyak masalah dalam pelaksanaan program ini, di antaranya adalah:
  • Data peserta JAMKESMAS yang masih belum akurat dan tidak tepat sasaran.
  • Sosialisasi program JAMKESMAS yang belum optimal. Rata- rata 80% responden yang ditanya mengakui tidak tahu manfaat dari kartu JAMKESMAS.
  • Adanya pungutan dalam mendapatkan kartu.
  • Masih adanya peserta yang tidak menggunakan kartu ketika berobat dengan berbagai alasan, seperti takut ditolak RS/puskesmas, administrasi akan dipersulit, mendapatkan pelayanan yang buruk. Ada pula yang masih bisa menanggung biaya sendiri dan malas membawa kartu.
  • Masih ada pasien JAMKESMAS yang mengeluarkan biaya.
  • Kualitas pelayanan pasien JAMKESMAS masih buruk, seperti antrian panjang pendaftaran, sempitnya ruang tunggu, rumitnya administrasi, dan lamanya menunggu dokter. Bahkan masih ada penolakan dari pihak RS terhadap pasien JAMKESMAS.
Dari masalah – masalah di atas, jelas terbukti masih buruknya kualitas pelaksanaan program JAMKESMAS. Kendala utama dari pelaksanaan program ini adalah masih buruknya pendataan peserta dan minimnya informasi yang dimiliki masyarakat mengenai JAMKESMAS. Bahkan, banyak masyarakat mampu yang mengaku miskin agar mendapatkan JAMKESMAS. padahal banyak orang-orang yang benar-benar miskin belum pernah tersentuh program ini tapi para orang kaya yang mempunyai banyak informasi mengeni program ini mengaku-ngaku miskin demi memperoleh manfaat dari jamkesmas, astaqfirullah..

Jadi,.. Kalau saya sakit, tetapi saya miskin dan tidak punya kartu JAMKESMAS. Apa saya mendapat layanan kesehatan? atau… Saya tidak boleh sakit ? atau memang orang miskin lebih baik mati perlahan menahan sakitnya ?
sahabatku yang dirahmati Allah.
memang, sakit itu mahal. Namun ada angin segar yang mulai berembus. Nantinya, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) akan dioperasikan oleh negara. Pemerintah telah menjanjikan adanya pelayanan kesehatan dasar bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali, baik yang kaya maupun miskin.
Bukan hanya itu, dalam SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) pun layanan yang diberikan tidak terbatas pada jenis penyakit. Semua penyakit akan dijamin. Bahkan termasuk cuci darah yang biayanya relatif mahal. Sehingga SJSN lebih dinilai tidak membeda-bedakan strata ekonomi seseorang.
Hal ini terkait telah disahkannya Undang-Undang BPJS mengenai SJSN oleh DPR. Hal ini sesuai amanat UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang akan diberlakukan per 1 Januari 2014. Inilah program yang akan menggantikan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Keluarga Miskin Daerah (Gakinda).
namun apakah akan terealisasi dengan baik, sedangkan program pendahulunya saja belum maximal dimata masyarakat ?
Dalam perspektif pasar, segala sesuatu memang diukur dari seberapa besar kapitalisasi bergulir. Kenyataan ini, meski kerap disanggah oleh pemerintah, yang secara umum berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan di negeri ini. Dalam bahasa Radhar, esensi pelayanan termanipulasi oleh fasilitas dan harga, sementara diskriminasi terhadap pasien justru kian ditegakkan.
Lebih celaka lagi, tentu saja bagi pasien, tidak ada lembaga pengawas yang mengoreksi kalau ada kesalahan dalam pelayanan. Belum ada perundang-undangan yang khusus mengatur soal layanan kesehatan di rumah sakit, termasuk di dalamnya terkait kontrol dan prosedur pelayanan terhadap pasien. Pemerintah yang seharusnya bertindak sebagai regulator dan wasit malah ikut bermain.
Membaca berbagai kasus yang muncul ke permukaan, Hasbullah Thabrany—ahli kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia—mengingatkan pemerintah agar segera menyadari bahwa ada kegagalan pasar dalam pelayanan kesehatan. Penerapan mekanisme pasar dalam pelayanan rumah sakit dan pelayanan kesehatan, tambahnya, tidak akan dan tidak pernah menguntungkan konsumen.
Peringatan serupa juga disampaikan sejumlah ahli kesehatan yang tergabung dalam Forum Peduli Kesehatan Rakyat. ”Seluruh literatur telah membuktikan kegagalan mekanisme pasar dalam pelayanan kesehatan. Fakta di dunia, semakin banyak dokter dan rumah sakit, harga pelayanan semakin mahal. Bahkan, rumah sakit publik milik pemerintah ikut bersaing dalam (sistem) mekanisme pasar,” demikian antara lain bunyi seruan Forum Peduli Kesehatan Rakyat untuk menggugah kepedulian para calon presiden dan calon wakil presiden yang masih memarjinalkan isu kesehatan dalam kampanye- kampanye mereka.
sahabatku yang dirahmati Allah.
Kesehatan memang mahal. Ongkos obat dan rumah sakit membumbung tanpa kontrol. Adanya penyakit membuat banyak pihak mendapat untung. Sudah biayanya mahal, setiap kesalahan medis sangat sulit untuk diadili. Mahalnya ongkos masih juga diperuncing oleh beredarnya obat palsu. sungguh teganya orang itu
Kondisi kesehatan dan sistem pelayanan kesehatan yang buruk membuat kesehatan menjadi sesuatu yang mahal. Harga obat dan rumah sakit membumbung tinggi tanpa adanya kontrol. Adanya penyakit malah membuat banyak pihak yang terkait dengan badan-badan kesehatan mendapat untung. Pelayanan kesehatan didasarkan atas berapa tebal kantong kita sanggup membayar demi kesembuhan kita. Selain biaya pengobatan yang tinggi dunia kesehatan kita juga diperburuk dengan beredarnya obat-obat palsu, selain itu penyakit juga dijadikan sebagai alat pelindung bagi para koruptor yang akan menjalani persidangan hingga luput dari tuntutan jaksa. ya Allah ada apa dengan negeri tercintaku kini.
apakah orang miskin akan selalu menjadi korban ketidak-adilan ini ?
APAKAH HANYA ORANG KAYA SAJA YANG BISA DIPERLAKUKAN BAIK ?
lalu siapa yang akan memuliakan orang-orang miskin ?
siapa……………..
siapa…………………….
adakah yang bisa jawab………………..???
wahai para pemimpin bangsa ini………
wahai para presiden
wahai para gubernur
wahai para walikota
wahai orang-orang kaya
wahai para pemilik rumah sakit
wahai instansi-instasi kesehatan
wahai para pemimpin yang memimpin kehidupan kami.
dimanakah kalian berada ?
saat kami orang-orang miskin tengah menahan sakit karena derita sakit yang kami rasakan.
dimanakah kalian ?
saat perut kosong kami menahan lapar karena tak mampu membeli makanan.
dimanakah kalian berada ?
saat kami membutuhkan jaminan kesehatan yang penuh kenyamanan.
dimana janji-janji manismu dulu………………???
dimana tanggung jawab dan belas kasihmu
dimana semua itu ?
tahukah kalian…………………….
Allah begitu menyanyangi kami
Rosul muhammad saw begitu memedulikan kami
sudah merasa hebatkah kalian karena hidup yang berkecukupan.
sedangkan kami berada jauh digaris kemiskinan juga kelaparan…..
dimana kalian…………………………….
tidak takutkah kalian…………………..
akan pertanggung jawaban disisi Allah
tidak berkenankah kalian
mengharap syafaat Rosullah saw…
dimana kalian berada…………………
saat tangis menghiasi hari hari kami.
dimana kalian saat tetes air mata membasahi pipi kami
asal kalian tahu, asal kalian mengerti , asal kalian pahami, asal kalian renungkan
bahwa tiap tetes air mata yang keluar dari mata kami
bahwa deru tangis yang kami perdengarkan dihadapanmu……
ingatlah…………
tak satupun akan luput dihadapan Allah, akan kami mintai pertanggung jawaban, akan kami mintai pertanggung jawaban..
akan kami mintai pertanggung jawaban seadil-adilnya…
ingatlah itu………………
akan kami mintai pertanggung jawaban…………
ketahuilah doa orang miskin dan teraniaya… sangat diijabahi Allah
semoga bermanfaat.
orang-miskin-dilarang-sakit2
orang miskin


0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Text

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

Popular Posts

Yoganus Bentoensis © 2013 Supported by Best Blogger Templates and Premium Blog Templates - Web Design Published by satu-delapan